| 0 comments ]

Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung akan menerima mahasiswa baru melalui dua jalur yang telah ditentukan yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Menurut Unpad ada enam jurusan favorit yang masing-masing peminatnya berkisar 2-3 ribu pendaftar. Dua dari jurusan IPA, dan empat dari IPS.



1. Ilmu Komunikasi
Pilihan favorit pertama tertuju ke program studi Ilmu Komunikasi. Tahun ini kuota yang diberikan untuk 360 mahasiswa baru. Mereka berasal dari 287 orang dari peserta yang lolos ujian tertulis SNMPTN dan SMUP, serta 73 pelajar dari jalur undangan. Tahun lalu peminatnya mencapai 3.213 orang.

2. Kedokteran
Jurusan kedokteran menempati urutan kedua yang diminati 3.443 orang calon pada tahun lalu. Pada tahun ini jurusan ini memberi 156 kursi bagi mereka yang lolos ujian tertulis dan 42 orang dari jalur undangan.

3. Manajemen
Di tempat ketiga ada jurusan menejemen. Pada tahun lalu jurusan ini diperebutkan 2.794 peminat. Daya tampungnya tahun ini 125 orang dari ujian SNMPTN dan SMUP serta 31 orang dari jalur undangan.

4. Akuntansi
Peringkat keempat ada ilmu akuntansi. Pada tahun lalu jurusan ini diperebutkan 2.887 orang. Daya tampungnya tahun ini 125 orang dari ujian SNMPTN dan SMUP serta 31 orang dari jalur undangan.

5. Hukum
Program studi Ilmu Hukum tahun ini menyediakan jatah 324 kursi dari ujian tertulis SNMPTN dan SMUP serta 77 orang dari jalur undangan. Tahun lalu peminatnya 2.545 orang.

6. Farmasi
Adapun jurusan Farmasi yang tahun lalu diminati 2.017 orang, tahun ini daya tampungnya 108 orang dari jalur ujian tulis, dan 27 orang peserta jalur undangan.
Read More...

| 0 comments ]

Universitas Padjadjaran (Unpad) akan menerima mahasiswa baru melalui dua jalur yang telah ditentukan yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Informasi terkait tentang kedua jalur tersebut dapat dibuka di laman http://snmptn.ac.id/. Untuk kuota kedua jalur tersebut, Unpad sendiri mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana, dimana berdasarkan ketentuan tersebut, Unpad akan menerima sekitar 60% mahasiswa baru melalui SNMPTN dan sisanya sebesar 40% diambil melalui jalur ujian tulis SBMPTN.

Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia dalam Jumpa Pers Sosialisasi PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) tahun 2013 menyampaikan bahwa Unpad memiliki daya tampung mahasiswa baru sekitar 7000 orang, maka 60 persennya sekitar 4200 orang untuk jalur SNMPTN jalur undangan dan 2800 orang untuk jalur SBMPTN.



Berdasarkan kebijakan pemerintah, SNMPTN tahun 2013 sama halnya dengan jalur SNMPTN Undangan yang diterapkan pada tahun lalu. SNMPTN kali ini tidak menggunakan jalur ujian tulis dan tidak dipungut biaya apapun. Penilaian yang digunakan dalam penerimaan melalui SNMPTN 2013 nanti berbasis kepada rapor dan prestasi siswa itu sendiri di sekolah asalnya. Namun, jika pada tahun sebelumnya SNMPTN Undangan berbasis akreditasi sekolah maka pada tahun ini semua sekolah bebas melakukan pendaftaran. Dengan kata lain Snmptn 2013 lebih terbuka dan gratis (pendaftarannya, red).

Dikatakannya, sekolah-sekolah itu juga nantinya dapat mengirimkan sejak awal nilai rapor siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Oleh karena itu, diminta peran aktif sekolah dalam hal ini untuk ikut membantu suksesnya SNMTN mendatang. “Kedepan, data itu bukan hanya data kelas tiga saja, jadi setiap semester diharapkan sekolah itu dapat memberikan, memasukkan nilai siswanya,” ujar Rektor.

Berdasarkan pada itu semua, universitas sendiri akan melakkukan seleksi dari rapor dan prestasi lain yang dimiliki oleh siswa berdasar laporan yang diberikan oleh sekolahnya. Seleksi ini sendiri merupakan hak dari setiap universitas yang menyelenggarakan. “Penilaiananya akan dilaksanakan di universitas masing-masing, karena peraturan mengatakan bahwa penerimaan ini merupakan hak dan kewenangan universitas,” tegasnya.

Lebih lanjut, Rektor juga menjelaskan bahwa Unpad sendiri telah memiliki beberapa formula mengenai teknik penilaian yang akan dikelolanya nanti. Ia juga memiliki pandangan bahwa setiap sekolah itu tidak sama maka penilaiannya tersendiri ada dalam tanda petik pembobotan sekolah. Selain itu dilihat pula performa sekolah dan para lulusan sekolah tersebut terdahulu.

Berkenaan dengan Ujian Nasional, Rektor juga mengatakan bahwa mungkin saja itu dijadikan salah satu parameter dalam penilaian. Namun, untuk sementara ini, ujian nasional hanya dipertimbangkan dalam hal lulus atau tidaknya seorang siswa. “Kalau hasil ujian nasional bisa lebih cepat keluar, mengapa tidak kita juga akan coba memasukkan item ujian nasional sebagai tambahan pembobot dari penerimaan mahasiswa baru,” ungkapnya.

Sementara itu untuk jalur SBMPTN, Rektor juga menegaskan bahwa ini merupakan jalur mandiri yang dilakukan bersama-sama dengan universitas lainnya secara nasional dan biaya pendaftaran tidak digratiskan (red.). SBMPTN sendiri didasarkan atas hasil tes tertulis yang dilakukan para calon mahasiswa baru dan biaya untuk SBMPTN sendiri sepenuhnya menjadi beban peserta.

Sumber : Humas Unpad
Read More...

| 0 comments ]

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) telah menjadi institusi pendidikan tinggi ilmu kedokteran yang berorientasi pada sistem pendidikan kedokteran berbasis penelitian untuk kemanusiaan.

FKUI senantiasa berusaha menciptakan sistem pendidikan yang mampu mempersiapkan mahasiswa-mahasiswinya untuk bersaing secara global dalam segala aspek, baik di bidang ilmu sains, sosial humaniora dan kedokteran, dengan mengedepankan nilai-nilai utama:



1. Leadership (kepemimpinan)
2. Integrity (integritas)
3. Fairness (keadilan)
4. Excellence (keunggulan)

Sejarah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tidak terlepas dari sejarah pendidikan dokter di Indonesia yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Adapun momentum pendidikan kedokteran di Indonesia lahir pada tanggal 2 Januari 1849 lewat Keputusan Gubernemen No. 22. Ketetapan itu menjadi titik awal penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie), yang ketika itu dilaksanakan di Rumah Sakit Militer.

Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada bulan Januari 1851, dibuka Sekolah Pendidikan Kedokteran di Weltevreden dengan lama pendidikan dua tahun dan jumlah siswa 12 orang. Titik terang semakin terlihat ketika lulusan sekolah tersebut digelari Dokter Djawa melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5 Juni 1853 No. 10. Namun, sayangnya meski diberi titel dokter, lulusan sekolah tersebut “hanya” dipekerjakan sebagai Mantri Cacar.

Nyaris 10 tahun lamanya dokter-dokter Indonesia harus menunggu untuk memperoleh wewenang lebih dari sekadar Mantri Cacar. Pada tahun 1864, lama pendidikan kedokteran diubah menjadi 3 tahun dan lulusan yang dihasilkan dapat menjadi dokter yang berdiri sendiri, meskipun masih di bawah pengawasan dokter Belanda.

Sejarah kembali bergulir dan mencatat pertambahan waktu studi dokter Indonesia. Tahun 1875, lama pendidikan dokter menjadi 7 tahun termasuk pendidikan bahasa Belanda yang dijadikan sebagai bahasa pengantar. Lebih dari 20 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1898, barulah berdiri sekolah pendidikan kedokteran yang disebut STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen). Para alumni ketika itu disebut Inlandse Arts.

Lama pendidikan kembali bertambah menjadi 9 tahun pada tanggal 1 Maret 1902, sekaligus mengiringi berdirinya gedung baru sekolah kedokteran di Hospitaalweg (sekarang Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh 26). Masa pendidikan 9 tahun tersebut dibagi menjadi 2 tahun perkenalan dan 7 tahun pendidikan kedokteran.

Baru setahun berselang, sejarah kembali mencatat banyak hal. Waktu studi kedokteran kembali bertambah, kali ini menjadi 10 tahun, bersamaan dengan disempurnakannya organisasi STOVIA pada tahun 1913. Adapun 10 tahun masa studi ini terdiri dari 3 tahun perkenalan dan 7 tahun pendidikan kedokteran. Nama alumni juga berubah menjadi Indische Arts pada waktu itu. Masih pada tahun yang sama, dibuka sekolah kedokteran dengan nama NIAS (Nederlands Indische Artsenschool) di Surabaya.

Untuk memantapkan kualitas lulusan dalam hal praktik, pada akhir tahun 1919, didirikan Rumah Sakit Pusat CBZ (Centrale Burgerlijke Ziekenhuis, sekarang disebut RSCM) yang dipakai sebagai rumah sakit pendidikan oleh siswa STOVIA.

Kampus dengan dominasi warna putih yang ada saat ini tercatat selesai dibangun pada tanggal 5 Juli 1920. Pada tanggal yang sama pula seluruh fasilitas pendidikan dipindahkan ke gedung pendidikan yang baru di Jalan Salemba 6 sekarang.

Asa kembali membuncah di kalangan intelek kedokteran di Indonesia ketika pendidikan dokter diresmikan menjadi pendidikan tinggi dengan nama Geneeskundige Hooge School (GHS) pada tanggal 9 Agustus 1927. Yang menarik, sampai periode 1927, syarat pendidikan agar dapat mengikuti pendidikan dokter hanya setingkat SD. Barulah setelah GHS berdiri, syarat pendidikan menjadi setingkat SMA (ketika itu disebut Algemene Middelbare School atau AMS dan Hogere Burger School atau HBS).

Pada masa itu, STOVIA dan NIAS tetap ada namun periode pendidikan kembali menjadi 7 tahun dengan penghapusan masa perkenalan selama 3 tahun. Konsekuensinya, lulusan yang dapat diterima di kedua sekolah tersebut tidak boleh lebih rendah dari tingkat MULO (Meer Uitgebreid Lager Onder-wijs) bagian B.

Pada tanggal 8 Maret 1942, tanpa diduga-duga masa kolonialisme Belanda di Indonesia berakhir. Ketika itu, Belanda bertekuk lutut di bawah kaki tentara Jepang, sekaligus menandai masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Kontroversi pun terjadi di kalangan mahasiswa kedokteran. Sebagian menyambut, sebagian lainnya menentang negara Asia Timur itu. Dua mahasiswa GHS, Soedjatmoko dan Soedarpo memilih untuk menunggu, sementara massa lainnya dipimpin oleh Chairul Saleh dan Azis Saleh pergi ke Tangerang untuk menyambut kedatangan Jepang. Meski demikian, kelompok mahasiswa itu tetap bersatu untuk menjamin berdirinya sekolah kedokteran.

Adalah inisiatif seorang mahasiswa NIAS bernama Soejono Martosewojo yang memampukan sekolah kedokteran dapat kembali berdiri setelah sempat ditutup selama 6 bulan. Dengan dibantu perwakilan mahasiswa Jakarta-Surabaya serta didampingi oleh Dr. Abdul Rasjid dan beberapa dosen, Soejono mengajukan penggabungan konsep kurikulum eks-GHS dan eks-NIAS. Prof. Ogira Eiseibucho yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Kantor Kesehatan Pemerintah Militer Jepang, menyetujui proposal tersebut.

Menindaklanjuti hal tersebut, komite pendidikan segera dibentuk, selain untuk mengembangkan kurikulum pendidikan kedokteran, juga mempromosikan staf pengajar untuk menjadi dosen, asisten dosen, dan guru besar. Komite itu beranggotakan antara lain Prof. Dr. Achmad Mochtar, Prof. Dr. M. Sjaaf, Prof. Dr. Asikin Widjajakoesoemah, Prof. Dr. Hidayat, dan Prof. Dr. Soemitro, dengan Dr. Abdulrachman Saleh sebagai sekretaris.

Bersamaan dengan itu, terbentuk pula komite yang terdiri dari mahasiswa Jakarta, di antaranya Koestedjo, Kaligis, dan Imam Soedjoedi, serta mahasiswa Surabaya, misalnya Eri Soedewo, Soejono, Aka Gani dan Ibrahim Irsan. Komite ini mengembangkan rencana untuk menggabungkan eks-GHS dan eks-NIAS menjadi sekolah kedokteran dengan lama pendidikan 5 tahun. Penyesuaian penerimaan siswa pun dilakukan untuk menunjang sistem pendidikan tersebut.

Akhirnya pada tanggal 29 April 1943, sekolah kedokteran bernama Ika Daigaku dibuka sebagai hadiah dari pemerintah Jepang untuk Indonesia, dengan Prof. Itagaki sebagai dekan fakultas.

Gegap gempita kemerdekaan RI menjadi penghantar berubahnya nama sekolah menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia, tepatnya pada bulan Februari 1946. Setahun kemudian, yaitu pada Februari 1947, Belanda yang kembali menginvasi Indonesia melangsungkan kegiatan pendidikan kedokteran dengan memakai nama Genesskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie. Namun, tak perlu risau, pendidikan kedokteran pada Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia tetap dilaksanakan ketika itu.
Tercatat pada tanggal 2 Februari 1950, kedua institusi itu melebur menjadi satu. Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia dan Geneeskundige Faculteit Nood-Universiteit van Indonesie , digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penyatuan tersebut turut dipelopori penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Pada masa itu (era 1950-an), terdapat 28 jenis mata pelajaran dan bagian di FKUI, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 288 orang dan masih terdapat beberapa orang dosen Belanda. Sebagian besar mata pelajaran juga masih diberikan dalam bahasa Belanda. Sarana pendidikan yang ada meliputi Kompleks Salemba 6, Kompleks Pegangsaan Timur 16, Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Raden Saleh.

Berkas sejarah tidak diketahui sebagian besar orang sejak masa itu. Beruntung ada Perhimpunan Sejarah Kedokteran Indonesia (Persekin) atau Indonesian Medical History Association yang mendalami mengenai perjalanan kaum intelektual medis di negeri ini. Selain itu ada pula Komunitas Prapatan 10 yang merupakan gabungan alumni fakultas kedokteran dan farmasi pada era sekolah pendidikan masih bernama Ika Daigaku dan Yakugaku. Adapun Prapatan 10 diambil dari nama asrama yang memang berlokasi di Jalan Prapatan No.10, Jakarta.

Yang menggelitik dari komunitas ini ialah jejak langkah para alumni yang mencetak sejarah tersendiri. Pada era penjajahan Jepang dengan sekolah kedokteran bernama Ika Daigaku, beberapa mahasiswa justru bergabung dengan kelompok eks NIAS di Surabaya dan eks GHS di Jakarta. Tidak hanya itu, sebagian alumni juga tidak melengkapi pendidikan hingga menyandang gelar dokter atau ahli farmasi, namun aktif menjalani profesi dalam bidang lain, seperti militer, diplomasi, ataupun pegawai pemerintahan. Bahkan, pada masa perang kemerdekaan 1945-1949, hampir semuanya rela berkorban jiwa dan raga hingga harus gugur di medan perang demi terwujudnya proklamasi 17 Agustus 1945.

Modernisasi merambah kaum intelektual medis di Indonesia pada tahun 1946 dengan waktu studi kedokteran selama 7 tahun. Dibukanya Nood Universiteit van Indonesia menjadi gema pertama yang menandai dimulainya era modern tersebut, dilanjutkan dengan berdirinya Perguruan Tinggi Kedokteran Universitas Gajah Mada di Klaten tahun 1949. Uniknya, walau tercatat kurikulum resmi selama 7 tahun, mahasiswa dibebaskan untuk menentukan sendiri lama masa studinya. Bahkan, bila sang siswa telah siap ujian, tanggal ujian pun dapat ia tentukan sendiri. Tak heran bila periode ini disebut sebagai masa studi bebas (free study atau vrije studie).

Selang beberapa waktu kemudian, Indonesia terpaksa menelan pil pahit kekurangan tenaga pengajar medis setelah dipulangkannya banyak staf pendidikan kedokteran bangsa Belanda pascakemerdekaan. Pendekatan dengan University of Carolina San Fransisco (UCSF) pun dilakukan oleh Prof. Sutomo demi mengatasi masalah ini. Akhirnya, setelah negosiasi panjang selama bertahun-tahun, kurikulum baru dapat disusun dengan bantuan UCSF pada tanggal 12 Maret 1955. Adapun kurikulum ini memiliki lama studi selama 6 tahun dan disebut dengan studi terpimpin (guided study).

Sistem pendidikan baru tersebut terdiri dari 1 tahun pelajaran premedik, 2 tahun pelajaran preklinik, 2 tahun pelajaran klinik, dan 1 tahun internship. Pada sistem kurikulum tersebut, memasuki tahun ke-4, mahasiswa akan menjalani rotasi klinik di Departemen IPD dan IKB masing-masing selama 12 minggu; Departemen Obsgin, IKA, dan Psikiatri-Neurologi selama masing-masing 8 minggu. Setelah lulus dari masa klinik, mahasiswa akan menjalani internship yang ketika itu dibagi menjadi dua, setengah tahun bidang medisch dan setengah tahun sisanya bidang chirurgisch. Yang menarik, internship seluruhnya dianggap sama dengan ujian dokter bagian II sehingga pada akhir tahun ke-6 tidak perlu diadakan ujian lagi. Para siswa akan memperoleh surat keterangan dari pihak yang diberi kuasa yang menyatakan bahwa ia telah menjalani internship “dengan memuaskan, sudah cukup untuk pemberian ijazah dokter.”

Metode pengajaran tersebut bertahan selama kurang lebih 27 tahun. Sejarah kembali ditorehkan pada tahun 1982, ketika Consortium of Health Sciences (CHS) menerbitkan KIPDI 1. Hal-hal yang ditetapkan dalam KIPDI I tersebut sontak diterapkan departemen-departemen, yakni mengenai tujuan instruksional umum (TIU atau General Instructional Objectivesi/GIO) dan tujuan perilaku khusus (TPK atau Spesific Behavioral Objectives/SBO). TPK sendiri pada prinsipnya merupakan kurikulum yang diterapkan sejak tahun 1955.

Discipline based-curriculum kemudian menjadi penjuru sistem pendidikan kedokteran masing-masing departemen, yang berpedoman pada KIPDI 1 dengan pendekatan aspek kognitif, psikomotor, dan perilaku (attitude).

Seakan terus berupaya mengembangkan sistem baku pendidikan kedokteran di Indonesia, CHS kembali menerbitkan KIPDI 2 pada tahun 1994, yang memaparkan dengan jelas mengenai Kerangka Konsep dan Orientasi Pendidikan. FKUI segera mengadopsi KIPDI 2 yang bersifat integrated and active learning tersebut dengan menyusun Kurikulum Fakultas yang pertama kalinya bersifat terintegrasi. Sayangnya, baru 3 semester kurikulum itu berjalan, yaitu tahun 1995-1997, sistem pendidikan kembali berubah di kampus ini. Adalah peralihan kepemimpinan yang memungkinkan hal itu tejadi. Pihak pimpinan FKUI ketika itu memutuskan untuk kembali ke kurikulum lama yang bersifat departemental dan pembelajaran pasif. Dengan demikian, sistem pendidikan kembali menjadi traditional curriculum atau department/ discipline based-lecturing. Ironisnya, ketika itu, Fakultas Kedokteran di Singapura justru mulai menerapkan kurikulum terintegasi tersebut.

Memasuki milenium baru dan tantangan globalisasi yang semakin merambah dunia medis membuat FKUI bergegas membenahi diri. Puncaknya, pada tahun 2000, fakultas ini mendapat hibah kompetisi QUE P yang lantas menjadi lokomotif perubahan kurikulum. Hasilnya adalah Kurikulum Fakultas 2005 yang menggebrak berbagai sistem lama serta menghasilkan perubahan struktur organisasi sekaligus tata nilai di FKUI. Yang dimaksud adalah perubahan paradigma dan pola pikir. Sebelumnya, seorang pakar yang dianggap memiliki keterampilan tertinggi seakan diberi beban untuk memberi kuliah bagi mahasiswa. Sejak adanya Kurfak yang merampingkan jam kuliah ini, filosofi itu lambat laun memudar. Kurikulum tersebut menuntut staf pengajar untuk bertindak sebagai fasilitator (sama dengan sebutan tutor di fakultas kedokteran lain) yang menjadi elemen penting dalam pendidikan dokter. Mengapa penting? Karena fasilitator akan menjadi aktivator atau bahkan provokator yang dapat memprovokasi mahasiswa untuk belajar. Dengan demikian, menjadi staf pengajar tidak lagi identik dengan terbebani menyiapkan kuliah dan menjejali berupa-rupa ilmu kepada mahasiswa, tetapi berpartisipasi dalam mencetak dokter-dokter unggul yang berjiwa kritis, kreatif, dan inovatif.

Akhirnya, sejarah mencatat kali kedua disusunnya kurikulum terintegrasi di kampus ini. Sejalan dengan Rencana Strategis (Renstra) FKUI, Kurfak 2005 yang kini disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi FKUI 2005 dibakukan dan diterapkan hingga sekarang. Namun, bukan berarti jejak langkah FKUI berhenti sampai di sini. Dengan semangat yang sama seperti saat berdirinya dulu, semangat perjuangan kampus ini tak pernah padam untuk menggojlok, menata apik, serta mempercantik sistem pendidikan kedokteran demi mencetak dokter-dokter unggul kebanggaan bangsa. Karena bagi fakultas ini, kesehatan paripurna rakyat Indonesia akan terus diperjuangkan sampai kapan pun.

Visi
Pada tahun 2014, FKUI menjadi fakultas kedokteran riset terkemuka di Asia Pasifik dan 80 terbaik di dunia.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran bertaraf internasional yang berbasis kompetensi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Melaksanakan penelitian kedokteran yang berkualitas internasional dalam upaya pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
3. Melaksanakan clinical governance dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di RSCM dan RS Pendidikan lainnya
4. Berperan aktif dalam penentuan kebijakan di bidang pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan untuk peningkatan taraf dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.
Prestasi

Pada tahun 2009, UI berhasil menduduki peringkat 201 dunia. Di wilayah Asia, UI berada di urutan 50, sementara di Asia Tenggara, UI menempati peringkat ke 5. Untuk mendulang kesuksesan yang lebih lagi sekaligus untuk mewujudkan visinya menjadi universitas berkelas dunia, FKUI konsisten untuk terus meningkatkan prestasi dalam kancah nasional, regional, dan internasional.

Baik staf pengajar maupun mahasiswa, keduanya ditempa untuk selalu bersemangat, kreatif, dan pantang menyerah. Di mana pun berada, sivitas akademika FKUI terbiasa untuk selalu menyuguhkan karya dan membawa dinamika, tidak hanya dalam bidang akademis, tetapi juga nonakademis, riset terkemuka, seni, dan juga olahraga.

Pencapaian Bidang Pendidikan

Program Biomedik FKUI

Program Studi Ilmu Biomedik FKUI mendapat grant £10,000 untuk UK-Indonesia Partnership Funding Programme. Grant ini merupakan additional support karena pencapaian lainnya adalah Program Studi Ilmu Biomedik FKUI berhasil mendapat secure funding dari the British Council’s PMI2 Programme sejumlah £20,000 (tahun pertama) dan £17,000 (tahun kedua) yang akan dikelola oleh pihak the University of Newcastle upon Tyne, UK. Grant ini di dapat melalui lomba penyusunan proposal dalam rangka mempererat hubungan kerjasama dengan Asia Tenggara dalam bidang pendidikan, maka UK-Indonesia Partnership Funding Programme ini kemudian diselenggarakan melalui the British Council.

Prestasi Mahasiswa

Berikut beberapa contoh berbagai inovasi dan aneka prestasi yang telah diraih oleh mahasiswa.

o Pemenang penghargaan “Goldman Sachs Global Leaders Award” Tahun 2007 dari Institute of International Education (IIE), United States of America dan mengikuti Global Leadership Institute di New York, 7-13 Juli 2007, diselenggarakan oleh The Goldman Sachs Foundation atas nama Bambang Dwiputra
o Pemenang penghargaan Goldman Sachs Global Leaders Award tahun 2008 dan berhak mengikuti Global Leadership Institute di New York bulan Juli 2008 atas nama Rahma Evasari
o Pemenang penghargaan Goldman Sachs Global Leaders Award tahun 2009 atas nama Aino Nidya Auerkari dan Festus Andrianto Susilo
o Juara I Tingkat Nasional dalam Indonesia Medical Students’ Debate Competition (INSDC) Tahun 2008 Banda Aceh atas nama Rahma Evasari, dkk
o Juara I Tingkat Nasional Paper and Poster Competition 2008 “Preventing Coronary Heart Disease in Indonesia in Relation With Indonesia Lifestyle” atas nama Darrel Fernando
o Research Scholarship on Molecular Biology di Turki, dan Best Presenter in SICOBAIR (Students’ International Conference on Biomedical and Interdisciplinary Research) Iran Tahun 2008 atas nama Fadhil Ahsan

Pencapaian Bidang Penelitian

Dr. Martina WS Nasrun

Martina WS Nasrun, staf pengajar Dept. Psikiatri FKUI mendapat travel grant dan penghargaan sebagai ‘Best Scientist ASAD 2009 Award’ pada the 3rd ASAD International Congress 2009 Oktober 1-3 di Seoul, Korea untuk presentasi hasil penelitiannya “Is there any biomarker for MCI person?” yang dicuplik dari disertasi doktornya di UI tahun 2007 (deteksi dini hendaya kognitif non dementia: pendekatan epidemiologi klinik, psikometrik dan spektroskop magnetik resonans pada penyandang DM tipe2).

ASAD adalah singkatan dari Asian Society Against Dementia, suatu organisasi multidisiplin yang bekerjasama dengan International Working Group on Dementia and Drug Harmonization (IWGH).
Read More...

| 1 comments ]

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran resmi berdiri pada tanggal 11 September 1957, seiring dengan disahkannya Peraturan Pemerintah No. 37/1957 (Lembaran Negara No. 9 Tahun 1957 tentang pendirian Universitas Padjadjaran. Fakultas ini bersama tiga fakultas lainnya, yaitu: Fakultas Ekonomi, Hukum dan Ilmu Pendidikan yang merupakan cikal bakal Universitas Padjadjaran.

Ide pendirian awalnya bersifat pragmatis untuk pemenuhan kebutuhan lokal dan nasional tenaga kesehatan. Hal ini dilontarkan oleh Menteri Kesehatan RI dr. Lie Kiat Teng pada Kongres IDI 1953 di Surabaya . Villa Isola (Bumi Siliwangi) rencananya akan dijadikan kampus fakultas kedokteran, namun rencana itu tidak terwujud. Saat RSUP Rancabadak membangun tiga gedung baru yang akan digunakan untuk bagian penyakit dalam, kesehatan anak, ruang laboratorium, dan ruang kuliah, harapan baru untuk membuka fakultas kedokteran di Bandung kembali terbit. Namun, harapan kembali surut dengan adanya pergantian susunan kabinet. Dalam susunan yang baru, dr. Lie Kiat Teng tidak lagi menjabat menteri kesehatan.



Atas inisiatif dan semangat sejumlah tokoh di Jawa Barat, dibentuklah Yayasan Fakultas Kedokteran Bandung yang terdiri atas dr. H.A. Patah (Ketua), Prof. Dr. Moch. Djuhana Wiradikarta (Wakil Ketua), dr. Chasan Boesoirie (Sekretaris), dr. Djundjunan Setiakusumah, drg. R.G. Soeriasoemantri, R.H. Enuch (Walikota Bandung), dan dr. Moch. Kurdi.

Visi

Menjadi institusi yang mandiri dalam penyelenggaraan pendidikan dan riset kedokteran yang berkualitas bagi masyarakat.

Misi

• Menyelenggarakan pendidikan dasar dan lanjutan kedokteran yang berkualitas
• Menyelenggarakan penelitian berkualitas yang berorientasi kepada masyarakat
• Menyelenggarakan sistem organisasi dan tata kelola yang menuju kemandirian

Program Pendidikan


D3 Kebidanan

Program Pendidikan D3 Kebidanan merupakan program pendidikan yang ditujukan untuk menghasilkan tenaga bidan yang kompeten dalam penanganan kasus-kasus persalinan maupun kehamilan. Sesuai dengan kompetensinya, program ini langsung dibina terutama oleh dokter –dokter spesialis dibidang Obstetri dan Gine kologi dan bidan-bidan senior.Program ini mengambil masa study selama 3 tahun dengan jumlah SKS sebanyak 124 SKS.Seluruh kegiatan program pendidikan dilakukan di Kampus FK Jatinangor.

D4 Kebidanan

Program D4 Midwifery

Dalam pembentukan awal dari Program D4 di Kebidanan, Universitas Padjadjaran (UNPAD) menerima sebuah surat dari Kepala Badan PP SDM Kesehatan Jakarta meminta program tersebut, sehingga program ini didirikan berdasarkan kerjasama UNPAD dan Pusat Pendidikan Tenaga Kerja Departemen Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia (PUSDIKNAKES DEPKES RI) pada tahun 2001. Pada 28 Oktober 2002, Hendrawan Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan tagihan, Keputusan No 3212/D/T/2002, pada lisensi untuk FM UNPAD untuk melakukan Program D4 Kebidanan. Lulusan dari program D4 diperlukan tidak hanya dalam program D3 Kebidanan sebagai staf pengajar dan instruktur klinis, tetapi juga di lembaga pemerintah yang diam di dalam isu-isu kesehatan, terutama di Maternity Care. Program D4 di Kebidanan menerima mahasiswa dari lulusan program D3 Kebidanan untuk melaksanakan program akademik 2 semester yang terdiri dari 41 kredit, dan bertujuan untuk menghasilkan bidan akademik dengan kompetensi untuk melayani sebagai staf pengajar dan pendidik serta profesional dalam perawatan Bidan. Program D4 Kebidanan telah menjadi kebutuhan di Indonesia di mana saat ini ada lebih dari 300 program studi Kebidanan dan di mana jumlah ini diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat. Itulah sebabnya FM UNPAD merasa perlu untuk membantu Departemen Kesehatan dalam melakukan program D4 Kebidanan. Kurikulum telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan, sehingga lebih menekankan pada praktek klinis dibandingkan teori. Oleh karena itu, lulusan diharapkan memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjadi staf pengajar atau mentor mampu dan siap bekerja, termasuk kemampuan untuk mengajar di tingkat Akta Mengajar V, atau Pekerti dan Pendekatan Terapan (AA). Diharapkan bahwa dengan menghasilkan kualitas staf pengajar menonjol, sehingga lulusan siswa mereka dalam program D3 juga akan memiliki tingkat kompetensi yang tinggi juga.

Pendidikan Sarjana Kedokteran – Kelas Reguler

Pendidikan dokter kelas reguler merupakan program pendidikan dokter yang telah berlangsung sejak tahun awal pendirian FK UNPAD yaitu tahun 1957. Program pendidikan dokter ini telah menghasilkan ribuan lulusan dokter yang tersebar di berbagai bagian di nusantara maupun luar negeri. Mahasiswa kedokteran kelas reguler merupakan mahasiswa yang telah lulus seleksi dari dua jalur penerimaan mahasiswa di UNPAD yaitu melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau melalui jalur Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP). Pada awalnya metode pembelajaran yang dipakai untuk kelas reguler merupakan Sistem Kredit Semester. Setelah melalui evaluasi yang cukup ketat, maka sejak tahun 2004 metode belajar mengajar untuk kelas reguler akhirnya diputuskan untuk mengikuti metode Problem Based Learning (PBL) yang telah terlebih dahulu diterapkan di kelas internasional sejak tahun 2001. FK UNPAD merupakan penggagas awal dan terlibat aktif dalam menerapkan metode PBL untuk undergraduate di Indonesia. Proses pendidikan kelas reguler dilakukan di kampus FK Unpad Jatinangor dan sejak tahun 2008 seluruh mahasiswa kelas reguler diwajibkan untuk memasuki asrama mahasiswa Bale Padjadjaran untuk tahun pertama.

Pendidikan Sarjana Kedokteran – Kelas Internasional


Pendidikan Sarjana Kedokteran – Kelas Internasional

International Program Sebagai salahsatu outcome penting dari QUE-Project, FK UNPAD sejak tahun 2001 telah mulai membuka kelas internasional dengan pengantar berbahasa Inggris. Hal ini ternyata mendapatkan respon yang baik terutama dari pelajar-pelajar maupun institusi pendidikan di Negara Malaysia. Hal ini disebabkan secara umum tipe penyakit yang ada di Negara tersebut tidak jauh berbeda dengan tipe penyakit di Indonesia (tropical disease). Kelas Internasional merupakan kelas yang pertama kali menerapkan Problem Based Learning (PBL) sebagai metoda belajar mengajarnya. Sesuai dengan namanya, Kelas Internasional hanya diperuntukkan khusus untuk mahasiswa asing. Layaknya penerimaan mahasiswa asing di Negara lain, untuk mempermudah dan memperlancar masuknya mahasiswa asing melalui jalur kelas internasional. Universitas Padjadjaran telah bekerjasama dengan agen pendidikan. Proses pendidikan twinning program ini dilakukan di kampus FK Unpad Jatinangor. Pada tahun pertama kemasukan, seluruh mahasiswa kelas internasional telah mendapatkan layanan penginapan di dalam kampus yang telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas di Bale Padjadjaran. All about International Program FK UNPAD.

Pendidikan Sarjana Kedokteran – Twinning Program

Twinning Program

Salahsatu bukti bahwa FK UNPAD telah mendapat pengakuan internasional adalah terselenggaranya kerjasama twinning program dengan Fakulti Perubatan Universiti Kebangsaan Malaysia (FP-UKM). Program ini telah dimulai sejak Tahun Ajaran 2006/2007 dimana seluruh mahasiswanya merupakan mahasiswa warganegara Malaysia yang memiliki predikat terpuji dan terseleksi amat ketat di UKM. Program ini mengambil masa studi selama 6 tahun yang terbagi dalam 2 periode yaitu 3 tahun diselengarakan di Universitas Padjadjaran dan 3 tahun di Universiti Kebangsaan Malaysia. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Problem Based Learning (PBL). Proses pendidikan twinning program ini dilakukan di kampus FK Unpad Jatinangor. Pada tahun pertama kemasukan, seluruh mahasiswa twinning program telah mendapatkan layanan penginapan yang lengkap dengan fasilitasnya di Bale Padjadjaran. All about Twinning Program UNPAD-UKM.

Profesi – Pendidikan Profesi Dokter


Profesi – Pendidikan Profesi Dokter

Program Profesi Dokter Unpad FM dicapai melalui 2 tahap. Tahap 1 adalah rotasi melalui 14 Departemen Klinik dalam 3 semester. Setelah tahap ini, mahasiswa diharapkan sudah memiliki kompetensi seorang dokter. Tahap 2 adalah sebuah program 1 semester terpadu yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan para siswa.

Panjang studi di Program Profesi Dokter selesai minimal 4 (empat) semester dan maksimal 6 (enam) semester.

Sekolah rumah sakit yang digunakan adalah Hasan Sadikin Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Mata Cicendo, serta beberapa satelit rumah sakit dan pusat kesehatan primer.

Profesi – Spesialis 1

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALISASI I

Program Pendidikan Spesialisasi I merupakan program yang ditujukan untuk lulusan dokter yang akan melanjutkan spesiliasi sesuai dengan peminatannya. Terdapat 21 peminatan spesialiasi yang terdapat di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Seluruh kegiatan dipusatkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan berbagai rumah Sakit Satelit Universitas Padjadjaran.

Magister – Ilmu Kedokteran Dasar

Program S2 Ilmu Kedokteran Dasar telah menghasilkan banyak lulusan Master Ilmu Kedokteran yang diminati oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia. Program Master ini mengambil jangka waktu studi 2 sampai 10 semester termasuk penulisan Thesis. Program Ilmu Kedokteran Dasar mengambil tempat perkuliahan di Teaching Hospital UNPAD Jl. Eijckman No. 38 Bandung.


Magister – Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan kemampuan ilmiah tenaga kesehatan masyarakat melalui pendidikan formal yang memberikan pengetahuan keterampilan terbaru dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran pada tahun akademik 2000/2001 menyelenggarakan program pendidikan strata dua Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu Bidang Kajian Utama (BKU) Program Studi Kedokteran Dasar yang dikelola secara khusus atas dasar SK Rektor Universitas Padjadjaran Nomor : 364/J06.Kep/KP/2001, sejak tanggal 21 April 2006 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor : 1567/D/T/2006 tentang ijin Penyelenggaraan program-program studi baru pada Universitas Padjadjaran Bandung di tetapkan menjadi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran.

Pada awalnya Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat hanya membuka tiga jalur peminatan yaitu Manajemen Pelayanan Kesehatan, Ekonomi Kesehatan dan Epidemiologi. Sesuai dengan minat dari para calon mahasiswa dan institusi serta kelembagaan yang mengirimkan calon mahasiswa telah dibuka dua jalur peminatan lainnya yaitu Pendidikan dan Promosi Kesehatan serta Kesehatan Reproduksi.

Magister – Ilmu Kebidanan

Program Magister Kebidanan (S2) Program Studi Magister Kebidanan memberikan kesempatan kepada peserta program sehingga lulusan menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar pelayanan kebidanan yang profesional, termasuk keterampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggung jawab yang mandiri pada tingkat tertentu, memiliki keterampilan dalam penelitian dan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi di dalam bidang keahliannya. Program Studi Magister Kebidanan dengan beban studi 49 SKS (tidak termasuk matrikulasi 28 SKS) ditempuh dalam 4 semester tetapi memungkinkan untuk dapat ditempuh kurang dari 4 semester, dan paling lama 8 semester termasuk tesis.

Doktor (S3) – Ilmu Kedokteran Dasar

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTOR (S3) Program Pendidikan Doktor (S3) merupakan program pendidikan yang diperuntukkan bagi lulusan magister (S2) khususnya ilmu-ilmu kesehatan. Program ini memilki beban studi kumulatif sebanyak 44 – 46 SKS dan ditempuh dalam waktu 2 semester dan selama-lamanya 10 semester termasuk penyusunan disertasi. Seluruh kegiatan program pendidikan doctor dilakukan di Teaching Hospital UNPAD Jl. Eijckman no. 38 Bandung Jawa Barat.
Read More...

| 0 comments ]

Passing Grade bisa didefinisikan sebagai nilai minimum yang harus didapatkan untuk bisa lulus ujian. Nilai kelulusan untuk program ujian ditentukan melalui proses pengaturan standar. Secara resmi memang perguruan tinggi tidak memberikan batasan minimal nilai yang harus dicapai untuk menentukan kelulusan seorang calon mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Akan tetapi sebuah perkiraan passing grade masih tetap dibutuhkan agar seorang cama bisa memperkirakan capaian skor yang harus diraih agar lolos PTN via Sbmptn 2013.



Berikut kami berikan gambaran umum prakiraan Passing Grade di PTN peserta Sbmptn 2013 yang disusun oleh team snmptn.or.id :

Program IPA:


  1. Teknik Elektro, Teknik, Teknik Informatika | sekitar 65%
  2. Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Fisika, dan Teknik Penerbangan | kira 60-63%
  3. Farmasi, Teknik Arsitektur, Teknik Lingkungan, Teknik Planologi, Teknik Kelautan, Teknik Material, Teknik Pertambangan, Teknik Perminyakan | kira-kira 56-58%
  4. Teknik Geologi, Teknik Geodesi, Teknik Geofisika, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Geofisika | kira-kira 54-55%
  5. Fakultas Kedokteran Unpad, UI, UGM, Undip, Unair, USU, Unibraw/UB, Unud, dll | kira-kira 58% sedangkan FK Unhas dan Unsri kira-kira 54%
  6. Teknik Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian, Teknik Industri Pertanian, Budidaya Perairan khususnya di IPB Bogor | 59%, untuk jurusan-jurusan pertanian lainnya sekitar 37-54% terutama di Unpad, UGM, Unibraw, Unhas

Program IPS:


  1. Manajemen, Akuntansi (UI, UGM, Unpad) | sekitar 61%
  2. Ekbang, HI, Fikom (UI, UGM, Unpad) | sekitar 58%
  3. Jurusan-jurusan Sastra | sekitar 36-52%
  4. Jurusan IPS di Universitas Pendidikan (seperti UPI, UNJ, dll) | sekitar 37-50%


Demikian informasi Sbmptn 2013 kami publikasikan pada anda. Semoga bermanfaat, Amin Ya Allah Ya Rabbal Alamin!

Read More...

| 2 comments ]

SBMPTN merupakan akronim dari Seleksi Bersama masuk Perguruan Tinggi Negeri. Seleksi SBMPTN menggunakan tes tertulis dan tes ketrampilan sebagai sistem penilaian. Teknis SBMPTN baru akan dirumuskan oleh tim panitia Ad Hoc SNMPTN pusat pada Januari 2013 dan baru akan disosialisasikan pada Februari 2013 mendatang. Dan sistem tes mandiri akan diberikan pada masing-masing PTN. Pada tahun ini, PTN wajib menerima minimal 60% peserta didiknya melalui SNMPTN. Sedangkan sisanya, terserah dari masing-masing PTN, dapat melalui SBMPTN maupun ujian Mandiri.

Sebagaimana diketahui bahwa ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) secara resmi dihapus. Dampak dari penghapusan terhadap sekolah tentu saja ada. Sekolah-sekolah yang mengetahui atau menyadari bahwa siswa-siswinya kurang kompeten, akan mendongkrak nilai- nilai anak didiknya agar bisa mendapatkan kesempatan SNMPTN undangan. Jalur undangan SNMPTN merupakan mekanisme SNMPTN berdasarkan penjaringan prestasi akademik, tanpa ujian tulis, yang ditujukan kepada SLTA atau sederajat.



Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) akan menggantikan Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) jalur tulis, karena UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi mengatur seleksi yang bersifat nasional harus ditanggung pemerintah (gratis).

“Kalau namanya tetap SNMPTN jalur tulis, maka harus ditanggung pemerintah, karena itu namanya diubah menjadi SBMPTN untuk menyesuaikan dengan UU PT itu,” kata anggota Tim Humas Panitia Pusat SNMPTN 2013, Dr Dra Ismaini Zain MSi, di Surabaya, Jumat.

Didampingi stafnya Drs Imam Syafii, Ismaini yang juga Kepala Badan Akademik ITS itu menjelaskan cara masuk PTN akan tetap melalui tiga pintu yakni SNMPTN (jalur undangan / prestasi), SBMPTN (jalur tulis), dan jalur mandiri atau kemitraan.

“Pemerintah sudah mematok jalur SNMPTN sebanyak 50 persen dari kuota PTN yang bersangkutan, lalu jalur SBMPTN 30 persen dan jalur mandiri 20 persen. Jadi, caranya tetap sama, namun ada penyesuaian dengan UU PT Nomor 12/2012,” katanya.

Untuk jalur SNMPTN, katanya, biaya tes akan digratiskan pemerintah, namun biayanya belum ditentukan. Tahun lalu, biaya tes jurusan IPA atau IPS Rp150.000 per anak dan biaya tes jurusan IPC (campuran ikut IPA dan IPS) sebesar Rp175.000 per anak.

“Khusus SNMPTN hanya bisa diikuti siswa SMA lulusan terbaru (2013) dan menggunakan UN sebagai salah satu pertimbangan selain rapor sejak kelas 10 hingga 12 dan prestasi lain, sedangan SBMPTN dan jalur mandiri tidak menggunakan UN, namun murni hasil tes,” katanya.

Cara pendaftaran jalur SNMPTN adalah dilakukan secara kolektif oleh kepala sekolah. “Tahun ini, kami akan menyosialisasikan cara baru melalui PDSS atau pangkalan data sekolah siswa. Nantinya, sekolah memasukkan nilai siswa sejak kelas 10 hingga 12, sehingga data akan terekam dan saat pendaftaran secara kolektif tidak perlu memasukkan data lagi,” katanya.

Untuk jalur SBMPTN, katanya, peserta diharuskan membayar biaya tes dan pelaksana akan dilakukan secara regional oleh kepanitian yang dibentuk beberapa PTN terdekat. “Untuk tes ini, siswa dari dua angkatan sebelumnya (2011 dan 2012) bisa mengikutnya, lalu tes ketrampilan untuk jurusan tertentu akan dilaksanakan bersamaan dengan tes SBMPTN,” katanya.

Jalur terakhir yakni jalur mandiri, katanya, seleksi dan biaya diserahkan sepenuhnya kepada PTN yang bersangkutan. “Tapi, maksimal harus 20 persen siswa dan tidak boleh melebihi itu. Pihak PTN bisa juga melakukan kemitraan dengan pemerintah daerah, kementerian, atau kalangan swasta,” katanya.

Ia menambahkan pendaftaran SNMPTN akan dimulai 1 Februari hingga 8 Maret 2013, seleksi pada 9 Maret hingga 27 Mei 2013, pengumuman 28 Mei 2013, dan pendaftaran ulang pada 11-12 Juni.

“Untuk kepentingan SNMPTN itu, PDSS akan dimulai 17 Desember 2012 hingga 8 Februari 2013, sedangkan pendaftaran dan seleksi SBMPTN masih menunggu keputusan panitia pusat dan lokal,” katanya.

Read More...

| 0 comments ]

Situs Sbmptn dikembangkan untuk memberi info Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri sebagai pengganti Snmptn jalur tertulis.

SBMPTN merupakan singkatan dari Seleksi Bersama masuk Perguruan Tinggi Negeri. Seleksi SBMPTN menggunakan tes tertulis dan tes ketrampilan sebagai sistem penilaian. Teknis SBMPTN baru akan dirumuskan oleh tim panitia Ad Hoc SNMPTN pusat pada Januari 2013 dan baru akan disosialisasikan pada Februari 2013 mendatang. Dan sistem tes mandiri akan diberikan pada masing-masing PTN. Pada tahun ini, PTN wajib menerima minimal 60% peserta didiknya melalui SNMPTN. Sedangkan sisanya, terserah dari masing-masing PTN, dapat melalui SBMPTN maupun ujian Mandiri.

Sebagaimana diketahui bahwa ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) secara resmi dihapus. Dampak dari penghapusan terhadap sekolah tentu saja ada. Sekolah-sekolah yang mengetahui atau menyadari bahwa siswa-siswinya kurang kompeten, akan mendongkrak nilai- nilai anak didiknya agar bisa mendapatkan kesempatan SNMPTN undangan. Jalur undangan SNMPTN merupakan mekanisme SNMPTN berdasarkan penjaringan prestasi akademik, tanpa ujian tulis, yang ditujukan kepada SLTA atau sederajat.

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) akan menggantikan Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) jalur tulis, karena UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi mengatur seleksi yang bersifat nasional harus ditanggung pemerintah (gratis).

“Kalau namanya tetap SNMPTN jalur tulis, maka harus ditanggung pemerintah, karena itu namanya diubah menjadi SBMPTN untuk menyesuaikan dengan UU PT itu,” kata anggota Tim Humas Panitia Pusat SNMPTN 2013, Dr Dra Ismaini Zain MSi, di Surabaya, Jumat.

Didampingi stafnya Drs Imam Syafii, Ismaini yang juga Kepala Badan Akademik ITS itu menjelaskan cara masuk PTN akan tetap melalui tiga pintu yakni SNMPTN (jalur undangan / prestasi), SBMPTN (jalur tulis), dan jalur mandiri atau kemitraan.

“Pemerintah sudah mematok jalur SNMPTN sebanyak 50 persen dari kuota PTN yang bersangkutan, lalu jalur SBMPTN 30 persen dan jalur mandiri 20 persen. Jadi, caranya tetap sama, namun ada penyesuaian dengan UU PT Nomor 12/2012,” katanya.

Untuk jalur SNMPTN, katanya, biaya tes akan digratiskan pemerintah, namun biayanya belum ditentukan. Tahun lalu, biaya tes jurusan IPA atau IPS Rp150.000 per anak dan biaya tes jurusan IPC (campuran ikut IPA dan IPS) sebesar Rp175.000 per anak.

“Khusus SNMPTN hanya bisa diikuti siswa SMA lulusan terbaru (2013) dan menggunakan UN sebagai salah satu pertimbangan selain rapor sejak kelas 10 hingga 12 dan prestasi lain, sedangan SBMPTN dan jalur mandiri tidak menggunakan UN, namun murni hasil tes,” katanya.

Cara pendaftaran jalur SNMPTN adalah dilakukan secara kolektif oleh kepala sekolah. “Tahun ini, kami akan menyosialisasikan cara baru melalui PDSS atau pangkalan data sekolah siswa. Nantinya, sekolah memasukkan nilai siswa sejak kelas 10 hingga 12, sehingga data akan terekam dan saat pendaftaran secara kolektif tidak perlu memasukkan data lagi,” katanya.

Untuk jalur SBMPTN, katanya, peserta diharuskan membayar biaya tes dan pelaksana akan dilakukan secara regional oleh kepanitian yang dibentuk beberapa PTN terdekat. “Untuk tes ini, siswa dari dua angkatan sebelumnya (2011 dan 2012) bisa mengikutnya, lalu tes ketrampilan untuk jurusan tertentu akan dilaksanakan bersamaan dengan tes SBMPTN,” katanya.

Jalur terakhir yakni jalur mandiri, katanya, seleksi dan biaya diserahkan sepenuhnya kepada PTN yang bersangkutan. “Tapi, maksimal harus 20 persen siswa dan tidak boleh melebihi itu. Pihak PTN bisa juga melakukan kemitraan dengan pemerintah daerah, kementerian, atau kalangan swasta,” katanya.

Ia menambahkan pendaftaran SNMPTN akan dimulai 1 Februari hingga 8 Maret 2013, seleksi pada 9 Maret hingga 27 Mei 2013, pengumuman 28 Mei 2013, dan pendaftaran ulang pada 11-12 Juni.

“Untuk kepentingan SNMPTN itu, PDSS akan dimulai 17 Desember 2012 hingga 8 Februari 2013, sedangkan pendaftaran dan seleksi SBMPTN masih menunggu keputusan panitia pusat dan lokal,” katanya.

Read More...