Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2013 membuka sekitar 2 prodi baru yaitu Program Khusus Perkeretaapian dan Progam Pendidikan Rekayasa Kehutanan. Berikut kami sampaikan liputannya.
Program Khusus Perkeretaapian
Kereta Api Indonesia dan Institut Teknologi Bandung bekerja sama membuka program studi khusus perkretapaian untuk jenjang pendidikan Diploma III. “Tujuan kami satu-satunya adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang akan menjalankan perkeretaapian ke depan,” kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan di Bandung, Senin 14 Maret 2011.
Rencana pembukaan program studi itu dituangkan lewat nota kesepahaman yang diteken Jonan dan Rektor ITB Akhmaloka hari ini. Jonan mengatakan, program itu akan diprioritaskan bagi karyawan PT Kereta Api, kendati tidak menutup kemungkinan akan merekrut mahasiswa baru dari jalur umum.
Jonan mengatakan, latar belakang kerjasama itu, karena kualitas Sumber Daya Manusia di perusahan pelat merah itu makin turun. ”Kita khawatirkan yang disebut ’national brain drain’, putra-putri bangsa terbaik tidak akan bekerja di tanah air lagi, ini yang kami rasakan waktu masuk ke kereta api, orang-orang terbaik yang mau bekerja di kereta api makin sedikit,” katanya.
Direktur Sumber Daya Manusia PT Kereta Api Indonesia Joko Margono mengatakan program khusus yang dibiayai perusahaannya itu ditujukan untuk mengantisipasi pengembangan bisnis perusahaan. ”Kita akan memperluas bisnis kita ke depan, sehingga perlu orang-orang khusus,” kata Joko.
Joko mengatakan pegawai PT Kereta Api Indonesia lulusan program ini dipersiapkan untuk mengisi sejumlah jabatan strategis untuk menyokong pengembangan bisnis kereta itu. Mereka disiapkan untuk menjadi Junior Manager atau Senioar Manager perusahaan itu.
Menurut Joko, PT Kereta Api tengah mempersiapkan diri untuk mengembangankan bisnis perusahaan itu di Jawa dan Sumatera. ”Terutama angkutan batu bara di Sumatera Selatan dan peningkatan pengangkutan barang di Jawa,” katanya.
Joko mencontohkan, untuk pengangkutan batu bara di Sumatera Selatan, dibutuhkan karyawan yang memiliki pengetahuan khusus untuk menyokong rencana perusahaan mendongkrak kapasitas angkutan batu bara setiap tahunnya, dari 10 juta ton menjadi 20 juta ton dalam 5 tahun nanti. ”Kereta api angkutan batu bara itu panjangnya hampir 15 kilometer, lok penariknya bisa 2-3 lokomotif, rangkaiannya bisa 60 gerbang,” katanya.
Di Sumatera Selatan, dari 4 ribu karyawan yang ada saat ini dibutuhkan tambahan sekitar 2 ribu orang lagi. ”Pegawai kereta api seluruhnya ada 28 ribu, kemungkinana akan menjadi 30 ribu sampai 32 ribu, karena pengembangan bisnisnya ke depan,” kata Joko.
Di Jawa perusahaan itu akan menggeser porsi angkutannya. Dari 60 persen penumpang dan sisanya barang, dalam 5 tahun lagi, akan digeser menjadi sebaliknya, yakni 60 persen angkutan kereta api untuk angkutan barang dan sisanya untuk penumpang. ”Makanya butuh perkuatan SDM operasional,” katanya.
Rektor ITB Akhmaloka mengatakan moda transportasi jenis kereta api seharusnya menjadi yang termaju. Moda transportasi ini sangat strategis untuk dikembangkan. Pengembangan itu tidak sebatas dari moda transportasinya, tapi juga industrinya.
Akhmaloka mengatakan, dalam program ini, ITB berniat pengembangannya tidak sebatas dari segi pendidikan saja, tapi juga penelitian di sektor perkeretaapian. ”Bagaimanapun juga moda transportasi kereta api di negara manapun, itu yang penting dan Indonesia tidak boleh atau mau tidak mau harus mengembangkan itu kalau kemudian ingin transportasinya menjadi lebih baik,” katanya.
Program Diploma III Perkretaapaian yang dikembangkan bersama PT Kereta Api Indoenesia dan ITB itu setiap angkatannya akan mendidik 180 orang. Kerjasama ini sementara diteken untuk 5 tahun. Kampusnya akan menempati fasilitas perkantoran milik PT Kereta Api Indonesia di Jalan Dago 250, Bandung.
Joko mengatakan ITB diminta untuk menyaring pegawai PT Kereta Api Indonesia yang berminta mengikuti pendidikan itu. Jika yang lolos ternyata jumlahnya lebih sedikit dari kuota, kursi program studi ini baru dibuka untuk umum dengan syarat diminta untuk bekerja di PT Kereta Api jika lulus nanti.
Progam Pendidikan Rekayasa Kehutanan
Institut Teknologi Bandung akan membuka program pendidikan (prodi) sarjana Rekayasa Kehutanan pada 2012. Prodi tersebut akan memfokuskan kajian ilmu pada pengelolaan hutan beserta ekosistemnya.
Menurut Dekan Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB Tati S. Syamsudin, akan ada penerapan konsep baru yang diterapkan pada prodi Rekayasa Kehutanan itu. “Intinya mahasiswa harus benar-benar mengetahui proses, dimulai sejak awal perkuliahan,” ujarnya.
Tati mengatakan, dengan prodi tersebut mahasiswa akan dibekali dengan ilmu dasar dalam merekayasa suatu sistem kehutanan. Sejak awal kuliah, setiap mahasiswa harus menanam pohon untuk dijadikan penelitian. “Ketika lulus, mereka akan menemukan hasil kajian rekayasa yang dipantau dan dikaji selama mereka kuliah,” katanya.
Sumber daya genetika yang membantu penelitian pun tidak main-main. Bahan yang dipakai, kata dia, harus sudah lolos sertifikasi. Penyempurnaan proses pendidikan itu bertujuan agar mahasiswa dapat membuat rancangan melalui sistem rekayasa. “Dengan pola yang menitikberatkan kemampuan dasar, lulusan diharapkan dapat merestorasi lahan gundul, atau juga pengelolaan hutan dengan perhitungan yang tepat,” tutur Tati.
Selain Rekayasa Kehutanan, SITH ITB juga akan membuka prodi Rekayasa Pertanian dan Teknologi Pascapanen. Perkuliahan akan menempati Kampus ITB yang baru, di kawasan pendidikan Jatinangor, Kab. Sumedang.
Read More...
Program Khusus Perkeretaapian
Kereta Api Indonesia dan Institut Teknologi Bandung bekerja sama membuka program studi khusus perkretapaian untuk jenjang pendidikan Diploma III. “Tujuan kami satu-satunya adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang akan menjalankan perkeretaapian ke depan,” kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan di Bandung, Senin 14 Maret 2011.
Rencana pembukaan program studi itu dituangkan lewat nota kesepahaman yang diteken Jonan dan Rektor ITB Akhmaloka hari ini. Jonan mengatakan, program itu akan diprioritaskan bagi karyawan PT Kereta Api, kendati tidak menutup kemungkinan akan merekrut mahasiswa baru dari jalur umum.
Jonan mengatakan, latar belakang kerjasama itu, karena kualitas Sumber Daya Manusia di perusahan pelat merah itu makin turun. ”Kita khawatirkan yang disebut ’national brain drain’, putra-putri bangsa terbaik tidak akan bekerja di tanah air lagi, ini yang kami rasakan waktu masuk ke kereta api, orang-orang terbaik yang mau bekerja di kereta api makin sedikit,” katanya.
Direktur Sumber Daya Manusia PT Kereta Api Indonesia Joko Margono mengatakan program khusus yang dibiayai perusahaannya itu ditujukan untuk mengantisipasi pengembangan bisnis perusahaan. ”Kita akan memperluas bisnis kita ke depan, sehingga perlu orang-orang khusus,” kata Joko.
Joko mengatakan pegawai PT Kereta Api Indonesia lulusan program ini dipersiapkan untuk mengisi sejumlah jabatan strategis untuk menyokong pengembangan bisnis kereta itu. Mereka disiapkan untuk menjadi Junior Manager atau Senioar Manager perusahaan itu.
Menurut Joko, PT Kereta Api tengah mempersiapkan diri untuk mengembangankan bisnis perusahaan itu di Jawa dan Sumatera. ”Terutama angkutan batu bara di Sumatera Selatan dan peningkatan pengangkutan barang di Jawa,” katanya.
Joko mencontohkan, untuk pengangkutan batu bara di Sumatera Selatan, dibutuhkan karyawan yang memiliki pengetahuan khusus untuk menyokong rencana perusahaan mendongkrak kapasitas angkutan batu bara setiap tahunnya, dari 10 juta ton menjadi 20 juta ton dalam 5 tahun nanti. ”Kereta api angkutan batu bara itu panjangnya hampir 15 kilometer, lok penariknya bisa 2-3 lokomotif, rangkaiannya bisa 60 gerbang,” katanya.
Di Sumatera Selatan, dari 4 ribu karyawan yang ada saat ini dibutuhkan tambahan sekitar 2 ribu orang lagi. ”Pegawai kereta api seluruhnya ada 28 ribu, kemungkinana akan menjadi 30 ribu sampai 32 ribu, karena pengembangan bisnisnya ke depan,” kata Joko.
Di Jawa perusahaan itu akan menggeser porsi angkutannya. Dari 60 persen penumpang dan sisanya barang, dalam 5 tahun lagi, akan digeser menjadi sebaliknya, yakni 60 persen angkutan kereta api untuk angkutan barang dan sisanya untuk penumpang. ”Makanya butuh perkuatan SDM operasional,” katanya.
Rektor ITB Akhmaloka mengatakan moda transportasi jenis kereta api seharusnya menjadi yang termaju. Moda transportasi ini sangat strategis untuk dikembangkan. Pengembangan itu tidak sebatas dari moda transportasinya, tapi juga industrinya.
Akhmaloka mengatakan, dalam program ini, ITB berniat pengembangannya tidak sebatas dari segi pendidikan saja, tapi juga penelitian di sektor perkeretaapian. ”Bagaimanapun juga moda transportasi kereta api di negara manapun, itu yang penting dan Indonesia tidak boleh atau mau tidak mau harus mengembangkan itu kalau kemudian ingin transportasinya menjadi lebih baik,” katanya.
Program Diploma III Perkretaapaian yang dikembangkan bersama PT Kereta Api Indoenesia dan ITB itu setiap angkatannya akan mendidik 180 orang. Kerjasama ini sementara diteken untuk 5 tahun. Kampusnya akan menempati fasilitas perkantoran milik PT Kereta Api Indonesia di Jalan Dago 250, Bandung.
Joko mengatakan ITB diminta untuk menyaring pegawai PT Kereta Api Indonesia yang berminta mengikuti pendidikan itu. Jika yang lolos ternyata jumlahnya lebih sedikit dari kuota, kursi program studi ini baru dibuka untuk umum dengan syarat diminta untuk bekerja di PT Kereta Api jika lulus nanti.
Progam Pendidikan Rekayasa Kehutanan
Institut Teknologi Bandung akan membuka program pendidikan (prodi) sarjana Rekayasa Kehutanan pada 2012. Prodi tersebut akan memfokuskan kajian ilmu pada pengelolaan hutan beserta ekosistemnya.
Menurut Dekan Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB Tati S. Syamsudin, akan ada penerapan konsep baru yang diterapkan pada prodi Rekayasa Kehutanan itu. “Intinya mahasiswa harus benar-benar mengetahui proses, dimulai sejak awal perkuliahan,” ujarnya.
Tati mengatakan, dengan prodi tersebut mahasiswa akan dibekali dengan ilmu dasar dalam merekayasa suatu sistem kehutanan. Sejak awal kuliah, setiap mahasiswa harus menanam pohon untuk dijadikan penelitian. “Ketika lulus, mereka akan menemukan hasil kajian rekayasa yang dipantau dan dikaji selama mereka kuliah,” katanya.
Sumber daya genetika yang membantu penelitian pun tidak main-main. Bahan yang dipakai, kata dia, harus sudah lolos sertifikasi. Penyempurnaan proses pendidikan itu bertujuan agar mahasiswa dapat membuat rancangan melalui sistem rekayasa. “Dengan pola yang menitikberatkan kemampuan dasar, lulusan diharapkan dapat merestorasi lahan gundul, atau juga pengelolaan hutan dengan perhitungan yang tepat,” tutur Tati.
Selain Rekayasa Kehutanan, SITH ITB juga akan membuka prodi Rekayasa Pertanian dan Teknologi Pascapanen. Perkuliahan akan menempati Kampus ITB yang baru, di kawasan pendidikan Jatinangor, Kab. Sumedang.